Noken dan Anggrek Wamena Disulap Jadi Fashion Bernilai
outfit – Inovasi kreatif terus bermunculan dari tanah Papua. Kali ini, sejumlah desainer muda asal Wamena, Kabupaten Jayawijaya, berhasil mengangkat kekayaan lokal berupa noken dan anggrek khas Pegunungan Tengah menjadi karya fashion bernilai tinggi. Lewat sentuhan modern dan teknik pengerjaan detail, keduanya disulap menjadi busana dan aksesori yang memikat perhatian publik, baik di dalam maupun luar negeri.
Gelaran Papua Creative Fashion Week 2025 yang diadakan di Wamena, Minggu (5/10), menjadi panggung utama bagi karya anak muda Papua. Dalam ajang tersebut, lebih dari 20 desainer lokal memamerkan busana yang menggabungkan serat noken alami dan motif anggrek Wamena. Hasilnya? Paduan tradisi dan modernitas yang menampilkan identitas khas Papua tanpa kehilangan nilai estetikanya.
1. Dari Kerajinan Tradisional ke Fashion Berkelas
Salah satu desainer muda, Yulince Tabuni, mengaku terinspirasi dari keseharian perempuan Papua yang menggunakan noken sebagai simbol kasih dan ketangguhan. Ia kemudian berinovasi menjadikan serat noken sebagai bahan utama tas tangan, kalung, dan detail pada gaun pesta.
“Noken bagi kami bukan sekadar tas, tapi filosofi kehidupan. Saya ingin dunia tahu bahwa dari tangan perempuan Papua lahir karya yang kuat dan berharga,” ujar Yulince usai peragaan busana.
Sementara itu, motif anggrek Wamena diaplikasikan dalam bentuk bordir, cetak kain, hingga hiasan kepala. Warna ungu lembut dan kuning khas anggrek menjadi identitas visual yang kuat pada setiap rancangan.
2. Dukungan Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya memberikan dukungan penuh terhadap geliat industri kreatif ini. Bupati Jayawijaya, Jhon Rumbiak, yang hadir dalam acara tersebut, menyebut bahwa program pengembangan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal kini menjadi salah satu prioritas daerah.
“Kami ingin masyarakat Papua, khususnya perempuan, bisa mandiri lewat karya. Noken dan anggrek bukan hanya simbol budaya, tapi juga potensi ekonomi,” kata Jhon.
Ia juga menegaskan bahwa pemkab tengah menyiapkan pusat pelatihan kriya dan fashion lokal yang akan dibuka tahun depan, bekerja sama dengan perguruan tinggi dan komunitas kreatif dari Jayapura dan Bandung.
3. Potensi Ekspor dan Nilai Ekonomi
Produk berbahan noken dan anggrek kini mulai menarik minat pasar nasional bahkan internasional. Beberapa kolektor fashion etnik dari Jepang dan Australia dikabarkan telah memesan produk rancangan desainer Wamena untuk ditampilkan dalam pameran budaya pada awal 2026.
Menurut Ketua Dekranasda Jayawijaya, Maria Yogi Wenda, satu set busana berbahan noken dan anggrek bisa dijual dengan harga mulai dari Rp3 juta hingga Rp15 juta, tergantung tingkat kerumitan desain.
“Yang paling membanggakan, semua bahan berasal dari alam Papua. Tidak ada yang sintetis. Ini menjadi nilai jual utama bagi pasar luar negeri yang kini semakin sadar pada produk berkelanjutan,” ujarnya.
4. Inspirasi dari Alam dan Identitas Papua
Selain aspek ekonomi, gerakan fashion lokal ini juga menjadi bentuk ekspresi budaya. Para perancang menilai bahwa setiap karya adalah cerita tentang alam dan kehidupan masyarakat Papua.
Desainer Davinus Wakerkwa, misalnya, menampilkan koleksi bertema “Bloom from Highlands” yang menggabungkan anyaman noken dengan sulam anggrek liar. “Saya ingin menunjukkan bahwa Papua bukan hanya punya kekayaan alam, tapi juga talenta luar biasa yang siap bersaing,” katanya.
Fashion show tersebut juga diiringi dengan penampilan musik tradisional Papua yang dikombinasikan dengan alat musik modern. Suasana hangat dan penuh warna menegaskan semangat kolaborasi lintas generasi.
5. Langkah Nyata Membangun Citra Baru Papua
Kesuksesan acara ini mendapat pujian dari berbagai pihak, termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang menilai inisiatif Wamena sebagai bukti bahwa Papua memiliki kekuatan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Direktur Pengembangan Produk Ekonomi Kreatif, Ayu Wulandari, mengatakan bahwa pihaknya siap memfasilitasi desainer Papua untuk tampil dalam ajang nasional seperti Indonesia Fashion Week dan Muslim Fashion Parade 2026.
“Papua punya karakter kuat yang bisa memperkaya identitas fashion Indonesia di mata dunia,” ujarnya.
Gelaran Papua Creative Fashion Week 2025 pun ditutup dengan parade busana bertema “From Earth to Elegance”, menampilkan 40 model lokal mengenakan karya berbahan noken, kulit kayu, dan ornamen anggrek. Penonton yang hadir tak henti memberikan tepuk tangan, bangga melihat tradisi daerah mereka menjelma menjadi karya berkelas dunia.
Melalui kreativitas dan kolaborasi lintas bidang, noken dan anggrek kini bukan lagi sekadar simbol budaya Papua — tetapi juga ikon baru ekonomi kreatif Indonesia Timur yang menembus batas, menyatukan tradisi dan kemajuan.
